Monday, 31 March 2014

Sistem Pengapian CDI-AC

Sistem CDI-AC pada umumnya terdapat pada sistem pengapian elektronik yang suplai tegangannya berasal dari source coil (koil pengisi/sumber) dalam flywheel magnet (flywheel generator).
Cara Kerja Sistem Pengapian CDI-AC
Pada saat magnet permanen (dalam flywheel magnet) berputar, maka akan dihasilkan arus listrik AC dalam bentuk induksi listrik dari source coil . Arus ini akan diterima oleh CDI unit dengan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt. Arus tersebut selanjutnya dirubah menjadi arus setengah gelombang (menjadi arus searah) oleh diode, kemudian disimpan dalam kondensor (kapasitor) dalam CDI unit.
Rangkaian CDI unit bisa dilihat dalam gambar dibawah. Kapasitor tersebut tidak akan melepas arus yang disimpan sebelum SCR (thyristor) bekerja.
Pada saat terjadinya pengapian, pulsa generator akan menghasilkan arus sinyal. Arus sinyal ini akan disalurkan ke gerbang (gate) SCR. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
Dengan adanya trigger (pemicu) dari gate tersebut, kemudian SCR akan aktif (on) dan menyalurkan arus listrik dari anoda (A) ke katoda (K) (lihat posisi anoda dan katoda pada gambar
Dengan berfungsinya SCR tersebut, menyebabkan kapasitor melepaskan arus (discharge) dengan cepat. Kemudian arus mengalir ke kumparan primer (primary coil) koil pengapian untuk menghasilkan tegangan sebesar 100 sampai 400 volt sebagai tegangan induksi sendiri (lihat arah panah aliran arus pada kumparan primer koil).
Akibat induksi diri dari kumparan primer tersebut, kemudian terjadi induksi dalam kumparan sekunder dengan tegangan sebesar 15 KV sampai 20 KV. Tegangan tinggi tersebut selanjutnya mengalir ke busi dalam bentuk loncatan bunga api yang akan membakar campuran bensin dan udara dalam ruang bakar.
Terjadinya tegangan tinggi pada koil pengapian adalah saat koil pulsa dilewati oleh magnet, ini berarti waktu pengapian (Ignition Timing) ditentukan oleh penetapan posisi koil pulsa, sehingga sistem pengapian CDI tidak memerlukan penyetelan waktu pengapian seperti pada sistem pengapian konvensional. Pemajuan saat pengapian terjadi secara otomatis yaitu saat pengapian dimajukan bersama dengan bertambahnya tegangan koil pulsa akibat kecepatan putaran motor. Selain itu SCR pada sistem pengapian CDI bekerja lebih cepat dari contact breaker (platina) dan kapasitor melakukan pengosongan arus (discharge) sangat cepat, sehingga kumparan sekunder koil pengapian teriduksi dengan cepat dan menghasilkan tegangan yang cukup tinggi untuk memercikan bunga api pada busi.

Sistem Pengapian CDI-DC

Sistem pengapian CDI ini menggunakan arus yang bersumber dari baterai. Prinsip dasar CDI-DC adalah seperti gambar di bawah ini:
Berdasarkan gambar di atas dapat dijelaskan bahwa baterai memberikan suplai tegangan 12V ke sebuah inverter (bagian dari unit CDI). Kemudian inverter akan menaikkan tegangan menjadi sekitar 350V. Tegangan 350V ini selanjutnya akan mengisi kondensor/kapasitor. Ketika dibutuhkan percikan  bunga api busi, pick-up coil akan memberikan sinyal elektronik ke switch (saklar) S untuk menutup. Ketika saklar telah menutup, kondensor akan mengosongkan (discharge) muatannya dengan cepat melalui kumparan primaer koil pengapian, sehingga terjadilah induksi pada kedua kumparan koil pengapian tersebut.
Jalur kelistrikan pada sistem pengapian CDI dengan sumber arus DC ini adalah arus pertama kali dihasilkan oleh kumparan pengisian akibat putaran magnet yang selanjutnya disearahkan dengan menggunakan Cuprok (Rectifier) kemudian dihubungkan ke baterai untuk melakukan proses pengisian (Charging System). Dari baterai arus ini dihubungkan ke kunci kontak, CDI unit, koil pengapian dan ke busi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Cara kerja sistem pengapian CDI dengan arus DC yaitu pada saat kunci kontak di ON-kan, arus akan mengalir dari baterai menuju sakelar. Bila sakelar ON maka arus akan mengalir ke kumparan penguat arus dalam CDI yang meningkatkan tegangan dari baterai (12 Volt DC menjadi 220 Volt AC). Selanjutnya, arus disearahkan melalui dioda dan kemudian dialirkan ke kondensor untuk disimpan sementara. Akibat putaran mesin, koil pulsa menghasilkan arus yang kemudian  mengaktifkan SCR, sehingga memicu kondensor/kapasitor untuk mengalirkan arus ke kumparan primer koil pengapian. Pada saat terjadi pemutusan arus yang mengalir pada kumparan primer koil pengapian, maka timbul tegangan duksi pada kedua kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder dan menghasilkan loncatan bunga api pada busi untuk melakukan pembakaran campuran bahan bakar dan udara.


penyebab HONDA VARIO sering mendadak mati

Kasus Honda Vario mati mendadak jadi momok pemiliknya. Memang bikin panik, meski setelah didiamkan sejenak atau distarter bisa langsung kembali menyala.

Trus apa penyebabnya? Sebelum menyalahkan skubek Honda paling laris ini, sebaiknya instropeksi diri terlebih dahulu. Pasalnya, penyebab utamanya akibat human eror.

"Mati mendadak pada Vario karena kehilangan kompresi. Ada dua penyebab. Yang pertama karena kesalahan saat melakukan penyetelan jarak kerenggangan klep.

"Kompresi pada Honda Vario tergolong tinggi, mencapai 10,7:1. Kompresi tinggi menghasilkan suhu tinggi di ruang bakar. Kalau terlalu tinggi, klep dan pelatuk (rocker arm) akan memuai," jelasnya.

Saat memuai, pelatuk akan terus mendorong klep sehingga kompresi bocor. "Makanya ketika di selah akan terasa ngelos. Ini karena tidak ada kompresi. Saat mesin dingin, jarak kerenggangan klep akan kembali normal dan bisa dihidupkan lagi," lanjutnya.

Tak heran bila sebenarnya Honda menyarankan kerenggangan klep yang cukup renggang untuk Vario. Dipatok 0,16 mm untuk klep masuk dan 0,25 mm untuk klep buang.

Bandingkan dengan Honda BeAT yang kompresinya lebih rendah, hanya 9,2:1. Kerenggangan klepnya bisa lebih rapat, hingga 0,14 mm untuk klep masuk dan buang.

Agar presisi, melakukan setel klep harus menggunakan alat ukur bernama filler. Lempengan plat tipis ini menjadi patokan kerenggangan antara klep dan pelatuk klep.

"Lalu, penyebab kedua adalah akibat tumpukan karbon di ruang bakar. Karbon (kerak diruang bakar) sering mengganjal klep sehingga klep terus terbuka dan kehilangan kompresi,"

"Begitu distarter lagi, karbonnya rontok dan bisa hidup kembali,"

Biasanya di bengkel umum atau jaringan bengkel resmi Honda menawarkan service besar yang salah satu itemnya adalah melakukan pembersihan di ruang bakar.

Artinya, asal perawatannya benar, enggak akan mati mendadak

Pengapian: Magnet YZ125 = Magnet Jupiter?



Tempo doeloe banyak yang mengandalkan magnet spesial engine (SE) buat roda race atau drag bike. Kebanyakan menggunakan  magnet Yamaha YZ. Padahal kalo dipikir, buang-buang uang. Kenapa Om?
Magnet yang dirancang Yamaha,  secara hitungan sama untuk semua tipe motornya. Seperti magnet YZ hitungannya sama dengan magnet Jupiter-Z, Mio dan Vega. Enggak percoyo?
Yuk lihat dimensinya.  Magnet Yamaha Mio, Jupiter maupun Vega, memiliki diameter luar 112 mm.
Sedangkan pick up pulser atau panjang tonjolan di magnet 57,5 mm. Dua ukuran ini berlaku hampir pada semua tipe motor Yamaha yang dipakai harian.
Bisa dibandingkan dengan magnet spesial engine pabrikan Yamaha itu. Yuk lihat magnet YZ yang punya diameter lebih kecil. Kalau diukur menggunakan sigmat sekitar 75 mm. Dimensi kecil untuk mengejar putran ringan, ujung-ujungnya supaya putaran mesin tidak berat.

Begitupun panjang pick up coil atau tonjolan di magnet. Ukuran pastinya 38,5 mm. Ini menggunakan rumus perbandingan.
Yuk dibuktikan kalau dua ukuran berbeda itu secara hitungan sama. Bisa manual atau pakai rumus. Kalau manual, gunakan jangka dan penggaris. Bisa langsung ketahuan.
Tapi, bagi yang mau menggunakan rumus mudah juga bisa. Formulanya:

PP1         PP2
-------  =  -------
D1           D2

PP1 = Panjang pulser magnet besar
PP2 = Panjang pulser magnet kecil
D1 = Diameter magnet besar
D2 = Diameter magnet kecil

Seperti diameter magnet Jupiter-Z ukurannya 112 mm dengan panjang pick up pulser 57,5. Sedang diameter magnet YZ yaitu 75 mm. Yuk dibuktikan kalau panjang tonjolan di magnet YZ ukurannya 38,5 mm. Dari rumus itu:

D1 = Diameter magnet Jupiter-Z 112 mm
PP1= Panjang tojolan magnet Jupie 57,5 mm
D2 = Diameter magnet YZ 75 mm
PP2 = Panjang pulser magnet YZ berapa?

Dari rumus:

PP1         PP2
-------  =  -------
D1           D2

Angkanya bisa dimasukkan ke dalam rumus, jadinya:

57,5            PP2
-------  =  -------
112           75

Maka panjang tonjolan pulser di magnet YZ yaitu:

            57,5 x 75 
PP2 = ---------------
                 112

PP2 = 38,5 mm


Terbukti kan? Kalau magnet Jupiter-Z, Vega dan Mio secara hitungan sebenarnya sama dengan YZ. Jadi, ngapain pakai magnet YZ kalau punya Jupiter bisa dibubut untuk dibikin ringan.

Bagaimana jika magnet Honda Karisma atau Blade mau dibikin kecil pakai lempengan besi seperti milik YZ yang punya diameter 75 mm. Tapi, tetap menggunakan CDI asli Honda Blade. Berapakah panjang tonjolan di magnetnya?

Dari diameter magnet Blade 112 mm  (D1) dengan tonjolan di magnet 38 mm (PP1). Jika mau dibikin seperti magnet YZ yang berdiameter 75 mm (D2), tonjolan di lempengan (PP2) bisa dihitung:
       
    38            PP2
   -------  =  -------
     112           75

PP2 = (38 x 75)/112 =25,5 mm

Jadi, kalau Blade mau pake magnet atau lempengan seukuran diameter YZ yang 75 mm, panjang tonjolan magnet 25,5 mm. Ini pakai CDI Blade.
Tapi, kalau Blade mau pakai magnet asli YZ, tinggal pake CDI Jupiter-Z saja. Kan gampang.



Magnet YZ dengan CDI Jupiter
Dari penjelasan di atas, magnet YZ secara hitungan sama dengan  magnet Jupiter, Vega dan Mio. Makanya CDI yang digunakan juga  bisa saling tukar. Tapi, harus tetap memperhatikan sistem AC atau DC.
Jika menggunakan magnet YZ dan sistemnya seperti asal atau AC, gunakan CDI yang AC juga. Misalnya menggunakan CDI Vega-R yang punya CDI sistem AC.
Tentu banyak yang masih ingat. Dulu pengapian Yamaha Vega sangat bertaji di road race. Bahkan bisa bejaban dengan pengapian Vortex yang notabene menggunakan magnet YZ itu.
Baru sekarang kita punya jawaban. Terbukti magnet Vega hitungannya sama dengan YZ. Bahkan lebih akurat menggunakan magnet Vega. Alasan magnet Vega lebih simpel lihat tulisan di bawah ya.
Selain menggunakan CDI Vega yang AC, bisa saja magnet YZ dipadu CDI Jupiter-Z atau Mio. Tapi, sistemnya harus diubah. Tidak lagi pakai AC, kudu jadi DC. Caranya suplai arus listrik menggunakan aki. Sepulnya bisa dilepas.

Mengenal arti dan Fungsi Kabel Kelistrikan Pada Sepeda Motor

Dalam perawatan sepeda motor kesayangan kita, terkadang kita harus mengerti arti/fungsi kabel kelistrikan pada sepeda motor. Fungsi kabel sendiri adalah untuk menghubungkan listrik dari komponen satu ke komponen kelistrikan lainnya.

Arti warna kabel sepeda motor pada setiap merek kadang berbeda-beda. Pada dasarnya warna kabel-kabel kelistrikan tersebut mewakili muatan positif (+) dan negatif (-) pada sepeda motor, Jika kita salah menghubungkan kabel, bisa berakibat fatal bahkan kebakaran dalam sistem kelistrikan sepeda motor.

Berikut adalah penjelasan arti warna kabel kelistrikan pada sepeda motor Honda, Yamaha, Suzuki dan Kawasaki

1. Kabel Kelistrikan HONDA
Merah : (+) aki
Hitam  : (+) kunci kontak
Putih : (+) alternator pengisian
(+) lampu dekat
Kuning : (+) arus beban ke saklar lampu
Biru : (+) lampu jauh
Abu-abu : (+) flasher
Biru Laut : (+) sein/reting kanan
Oranye : (+) sein/reting kiri
Coklat : (+) lampu kota
Hitam-Merah : (+) spul CDI
Hitam-Putih : (+) kunci kontsk
Hitam-Kuning: (+) koil
Biru-Kuning : (+) pulser CDI
Hijau-Kuning: (+) lampu rem

2. Kabel Kelistrikan YAMAHA
Hitam : (-) masa, berlaku untuk semua negatif
Hijau : (+) arus beban penerangan
Merah : (+) arus positif dari aki
Kuning : (+) lampu jauh
Coklat : (+) sein/reting kiri
Hijau : (+) arus beban (penerangan, dll)
Putih-Merah : (+) pulser CDI
Hijau-Hitam : (+) rem

3. Kabel Kelistrikan SUZUKI
Hitam-Putih : (-) masa, berlaku untuk semua negatif
Putih-Merah : (+) pengisian dari magnet
Putih-Biru : (+) koil ke CDI
Putih-Hitam : (+) lampu rem
Kuning-Putih: (+) penerangan/lampu
Biru-Kuning : (+) pulser ke CDI
Merah : (+) aki
Oranye : (+) kunci kontak
Abu-abu : (+) lampu belakang
Hijau Muda : (+) Sein/reting kanan
Hitam : (+) sein/reting kiri

4. Kabel Kelistrikan KAWASAKI
Hitam-Kuning: (-) masa, berlaku untuk semua negatif
Putih-Merah : (+) aki
Merah-Hitam : (+) lampu jauh
Merah-Kuning: (+) lampu dekat
Abu-abu : (+) Sein/reting kanan
Hijau : (+) sein/reting kiri
Biru : (+) lampu rem
Merah : (+) lampu belakang
Coklat : (+) klakson

(sumber:wiki pedia)

Tabel Daftar Panjang Pick Up Pulser



No Model Type Panjang Tonjolan
(mm)
Type Sinyal / Pulsar  Sistem
Pengapian
 1 Honda Supra / Legenda  11.3 Single - Positif AC


 Kirana 14.0 Single - Positif  DC


 Meg Pro  15.4 Single - Positif DC


 Tiger 2000 / Phantom 24.0 Single - Positif AC


 Kharisma / CS1 38.0 Single - Positif DC


 Sonic 125 / CBR38.0  Single -Negatif DC


 Vario / Click 38.0 Single - Positif DC


 Beat 38.0 Single - Positif DC
 2 Yamaha Vega-R / F1ZR 57.5 Double - Positif AC


 Jupiter-Z / Mio / Nouvo 57.5Double - Positif  DC


 RX King
 Single - Positif AC


 Jupiter MX57.5 Double - Positif DC
 3 Suzuki Shogun 11014.0  Single - Positif DC


 Smash 11016.0 Double - Positif DC


 Shogun 12530.0  Single - Positif DC


 Satria 120 R30.0Double - Positif  DC


 Satria 150 F39.0  Double - Positif DC


 Spin / Sky Wave41.7Single -Negatif  DC


 Thunder 12547.0 Single - Positif DC


 Thunder 25070.7 Single - Positif DC
 4 Bajaj Pulsar 180 / 200 44.0 Single - Positif AC
 5 TVS  Neo?  ??


 Apache ??  ?
 6 Kawasaki  KZX 130 38.0 Single - Positif DC


 Kaze R 12.0 Single - Positif AC


 Ninja RR 9.0 Single - Positif DC